.

Sabtu, 26 Mei 2012

Temanku Mati Terbakar

Abu Abdillah berkata: "Aku tak tahu, bagaimana harus menuturkan kisah ini padamu. Kisah yang pemah kualami sendiri beberapa tahun lain, sehingga mengubah total perjalanan hidupku. Sebenarnya aku tak ingin menceritakannya, tapi demi tanggung jawab di hadapan Allah, demi peringatan bagi para pemuda yang mendurhakai Allah dan demi pelajaran bagi para gadis yang mengejar bayangan semu, yang disebut cinta, maka kuungkapkan kisah ini.

Ketika itu kami tiga sekawan. Yang mengumpulkan kami adalah kesamaan nafsu dan kesia-siaan. Oh tidak, kami berempat. Satunya lagi adalah setan. Kami pergi berburu gadis-gadis. Mereka kami rayu dengan kata-kata manis, hingga mereka takluk, lain kami bawa ke sebuah taman yang jauh terpencil. Di sana, kami berubah menjadi serigala-serigala yang tak menaruh belas kasihan mendengar rintihan permohonan mereka, hati dan perasaan kami sudah mati. Begitulah hari-hari kami di taman, di tenda, atau dalam mobil yang di parkir di pinggir pantai. Sampai suatu hari, yang tak mungkin pernah saya bisa melupakannya, seperti biasa kami pergi ke taman. Seperti biqsa pula, masing-masing kami menyantap satu mangsa gadis, ditemani minuman laknat. Satu hal kami lupa.saat itu, makanan.

Segera salah Seorang di antara kami bergegas membeli makanan dengan mengendarai mobilnya. Saat ia berangkat, jam menunjukkan pukul enam sore. Beberapa jam berlalu, tapi teman kami itu belum kembali. Pukul sepuluh malam, hatiku mulai tidak enak dan gusar. Maka aku segera membawa mobil untuk mencarinya. Di tengah perjalanan, di kejauhariaku melihat jilatan api. Aku mencoba mendekat. Astaghfirullah, aku hampir tak percaya dengan yang kulihat.Ternyata api itu bersumber dari mobil temanku yang terbalik dan terbakar. Aku panik seperti orang gila. Aku segera mengeluarkan tubuh temanku dari mobilnya yang masih menyala. Aku ngeri tatkala melihat separuh tubuhnya masak terpanggang api. Kubopong tubuhnya lalu kuletakkan di tanah.
Sejenak kemudian, dia berusaha membuka kedua belah matanya, ia berbisik lirih: "Api..., api...!" Aku memutuskan untuk segera membawa ke rumah sakit dengan mobilku. Tetapi dengan suara campur tangis, ia mencegah: ";Tak ada gunanya.. aku tak akan sampai...!l
Air mataku tumpah, aku harus menyaksikan temanku meninggal dihadapanku. Di tengah kepanikanku, tiba-tiba ia berteriak lemah: "Apa yang mesti kukatakan padarnya?
Apa yang mesti kukatakan padaNya?"
Aku memandanginya penuh keheranan. "Siapa?" tanyaku. Dengan suara yang seakan berasal dari dasar Sumur yang amat dalam, dia menjawab: "Allah!"
Aku merinding ketakutan. Tubuh dan perasaanku terguncang keras. Tiba-tiba temanku itu menjerit, gemanya menyelusup ke setiap relung malam yang gulita, lain kudengar tarikan nafasnya yang terakhir. Innanlillaahi wa innaa ilaihi raaji 'uun.
Setelah itu, hari-hari berlalu seperti sedia kala, tetapi bayangan temanku yang meninggal, jerit kesakitannya, api yang membakarya dan lolongannya "Apa yang harus kukatakan padaNya? Apa yang harus kukatakan padaNya?", seakan terus membuntuti setiap gerak dan diamku.

Pada diriku sendiri aku bertanya: "Aku,... apa yang harus kukatakan padaNya?" Air mataku menetes, lain sebuah getaran aneh menjalari jiwaku. Saat puncak perenungan itulah, sayup-sayup aku mendengar adzan Shubuh menggema:

"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Asyhadu Anla Ilaaha Illa Allah... Asyhadu Anna Muhammadar rasululah... Hayya 'Alash Shalaah..."

Aku merasa bahwa adzan itu hanya ditujukan pada diriku saja, mengajakku menyingkap fase kehidupanku yang kelam, mengajakku pada jalan cahaya dan hidayah.

Aku segera bangkit, mandi dan wudhu, menyucikan tubuhku dari noda-noda kehinaan yang menenggelamkanku selama bertahun-tahun.


Sejak saat itu, aku tak pernah lagi meninggalkan shalat. Aku memuji Allah, yang tiada yang layak dipuji selain Dia. Aku telah menjadi manusia lain. Mahasuci Allah yang telah mengubah berbagai keadaan. Dengan seizin Allah, aku telah menunaikan umrah. Insya AIlah aku akan melaksanakan haji dalam waktu dekat, siapa yang tahu? Umur ada di tangan Allah.

Minggu, 13 Mei 2012

Asshahwah al-islamiyah. addhawaabit wattaujiihaat
(Prinsip2 kebangkitan Islam dan nasehat2 tentangnya)
penulis : Syaikh Muhammad shalih al-utsaimin.
Buku ini "berbahasa Arab", terbagi dalam 3 bagian besar : prinsip-prinsip kebangkitan islam, sikap pertengahan, dan nasehat untuk para pemuda yang bersemangat dalam menyongsong kebangkita islam.
Buku ini secara rutin dikaji, dibahas, dan diterjemhakan di masjid Ld. Malim Universitas Haluoleo Kendari pada hari rabu antara magrib-isya lewat kajian Ta'lim.
Download Buku.

Kirimi SMS Motivasinya

Nama: Aaqilah Al Munawy
No Seluler: 085241721xxx
Email: aaqilah89@gmail.com
Identitas: Mahasiswa




pesan : Sms Motivasix tlg di krim ke no seluler saya

Minggu, 06 Mei 2012

MUDA (Masa Untuk Dakwahkan Agama) di Kampus

Oleh : Ketua DPDKS
Saudaraku… lapangkanlah waktu untuk selalu bermuhasabah (Introspeksi diri) walau sejenak, kapan dan dimana pun jiwamu berada dan alangkah baiknya kalau engkau seorang diri saja. Dengan bemuhasabah kesombongan dan keangkuhan diri akan terkikis sedikit demi sedikit. Kekurangan dan kesalahanmu setiap harinya semakin dapat kau deteksi. Potensi dan kelebihan yang terpendam dalam jiwamu pun akan tampak. Lebih dari itu, hati dan pikiranmu yang tadinya keruh akan jernih kembali. Karena itulah aku minta padamu untuk bermuhasabah.
Saudaraku…, tariklah nafasmu secara perlahan dan hembuskanlah secara perlahan pula. Bila engkau tidak keberatan… bila engkau tidak keberatan kuminta padamu ulangilah sampai tiga kali. Sekarang mulailah hadirkan hati dan pikiranmu yang mungkin sedari tadi menerawang ke alam yang engkau sendiri tidak tahu di mana, ke alam sadaramu guna melihat seberapa jauh dan seberapa besar eksistensi dirimu. Sekarang, anggaplah dirimu berada di bawah pohon yang besar dan rindang. Kesejukan menyapa kulitmu dan engkau tampak bahagia di sana, yah..engkau tampak bahagia. Aku tahu dari semburat wajahmu yang menyiratkan hal itu dan bibirmu yang mengukir senyum gembira. Dibawah dedaunan yang bergoyang ke kanan dan ke kiri, ke depan dan ke belakang karena hembusan angin sepoi-sepoi, membuat jiwamu seakan hanyut dalam perasaanmu itu. Perasaan yang membuatmu rindu akan suasana bahagia, cerah, ceria seperti halnya dedaunan yang engkau saksikan bergoyang dan menari-nari mengikuti irama angin yang bertiup. Dan engkau telah mendapatkannya. Belum lama engkau bersama perasaanmu itu, tiba-tiba rasa sedih, kecewa bahkan takut, menghapus semua itu. Semua kebaikan yang baru saja kau peroleh. Mau tau kenapa???!!!
Ketika sepasang mata kasatmu, kau arahkan kebawah melihat ke tanah di sekitar pohon yang besar itu. Apa yang terlihat oleh inderamu yang lemah dan terbatas itu ???
Semoga dugaanku tidak salah, begitu banyak daun-daun yang engkau dapati berhamburan di atas tanah tanpa daya. Bukan hanya daun yang tua kering kuning kecoklatan, hijau tua atau muda bahkan daun yang masih belia pun terlihat di situ.
            Saudaraku…, keceriaan, kegembiraan dan kebahagiaan daun-daun yang menari-nari itu andai engkau benar–benar merasakannya hanya sementara. Sekali lagi hanya sementara. Tidakkah daun-daun yang tergeletak di tanah itu menjadi bukti bahwa mereka semua berada dalam pengantrian menunggu giliran lepas dari ranting-ranting pohon, jatuh dan takkan pernah kembali lagi buat selamanya. Mereka adalah ibrah (pelajaran) yang diperlihatkan Allah, agar kita menyadari bahwa posisi hidup kita sekarang ini, di dunia ini dalam keadaan dan kondisi bagaimanapun, entah bergerak atau tidak, diam berdiri atau duduk, berjalan atau pun berlari, atau apapun yang semisal dengan itu… dengan perasaan yang silih berganti kadang senang, sedih, bingung, kecewa, sehat atau sakit atau apapun perasaan yang kau rasakan… ‘kita’ –tidak ada alternative yang lain- hanya berada diantara kejaran malaikat maut yang akan memisahkan ruh dari jasadnya dan penantian pintu kubur yang takkan pernah bosan menunggu.
            Saudaraku…, jangan pernah berpikir untuk mencari jalan menghindar apalagi lari darinya. Cepat atau lambat, disadari atau tidak, siap atau bahkan tidak siap sama sekali, kita pasti terjepit oleh keduanya, seperti halnya daun-daun itu antri berguguran. Tidak ada yang tahu kapan itu terjadi pada diri kita, dalam keadaan  bagaimana kita saat itu, yang jelas kematian akan datang menjemput tanpa harus menanyakan persetujuanmu. Bukan maksud hati menakut-nakuti, hanya saja, teramat naïf kalau kesempatan hidup di dunia yang hanya sekali dan sementara ini membuat kita mengabaikan banyak hal terutama bekal ilmu, iman dan amal yang nantinya menyertai perjalanan selanjutnya. Ingatlah, bahagia tidaknya anda setelah kematian datang menyapa, sangat bergantung dengan posisi hidupmu sekarang ini.
            Saudaraku…, sekarang arahkan langkahmu dan cobalah engkau beranjak ke tempat yang lain. Bila engkau berdiri di tempat pengantrian umum karena suatu keperluan dan giliranmu belum juga tiba sedangkan antrian di depanmu masih panjang. Maka sesuatu yang lain akan datang mengahampirimu…. Perasaan jenuh, bosan, atau dongkol bercampur lelah yang mungkin datang menghampirimu lalu menyatu dalam jiwamu walau engkau berusaha untuk tersenyum kepada siapa saja yang melihatmu. Jika benar demikian, maka pada antrian kematian pun berlaku walau tidak secara mutlak.  Bila engkau merasa berumur panjang, atau malah engkau yang mengaharapkan hal itu, maka sesuatu yang tidak kau harapkan akan datang. Ia mendekat padamu walau engkau berusaha membuang tanda-tandanya. Ia menghampiri lalu melekat pada dirimu hingga tidak ada pilihan bagimu selain menerimanya dengan pasrah. Dan taukah anda ?? sesuatu itu adalah penyakit yang tidak akan pernah bisa diobati, dialah penyakit “ketuaan”.
            Saudaraku…, saya berharap engkau pernah melihat walau tidak sering seorang bapak berusia lanjut dengan pakaian yang tidak terurus. Jalannya tertatih-tatih. Wajahnya sendu sangat sendu, menyiratkan kesedihan yang tidak kau rasakan. Tangan kanannya memegang plastic (tempat sabun), dengan harapan siapa saja yang melihatnya kiranya tersentuh dan terketuk hatinya untuk memasukkan uang seikhlasnya di dalam tempat tersebut. Kuterangkan hal ini padamu karena aku sering melihatnya di kampus tempat kita mendulang ilmu dan faedah. Bila engkau tidak pernah melihatnya, maka cobalah hadirkan wajah nenekmu, atau orang tuamu yang mungkin sudah berusia sangat lanjut. Alangkah baiknya bila engkau tidak sekedar membayangkan tapi segera bertemu mereka. Jangan engkau berpaling darinya, ambillah hikmah dari keberadaannya. Pandangilah ujung kaki hingga rambutnya walau untuk melakukan itu perlu sembunyi-sembunyi. Engkau akan mendapati kulit yang membungkus dagingnya tampak keriput padahal dulunya tidak demikian, tenaganya melemah jangankan untuk berjalan, bediri pun harus dengan susah payah. Lihatlah !, pakaian yang dipakai seadanya, tidak lagi tertarik pada mode. Raut wajahnya penuh kesedihan, giginya pun tanggal satu persatu dan rambut hitamnya yang dulu kini telah beruban. Itulah kenyataan yang terjadi…,
Selanjutnya tunjukkanlah baktimu sebagai anak pada mereka dan jangan pernah lupa untuk selalu tersenyum pada mereka. Senyum tulus yang engkau alamatkan pada mereka akan membuat mereka mengingat dan kembali membuka file-file kenangan masa lalu, masa sewaktu muda dulu seperti engkau sekarang ini. Dalam file itu berbaur kisah gembira dan bahagia, sedih dan pilu, kecewa dan tidak ketinggalan kisah berbau sesalan. Mereka akan terus mengingat file-file itu karena ter-save dalam computer hati yang akan terus tersimpan rapi bahkan kekal dalam diri mereka hingga ke liang lahad.
Saudaraku…, lantas bagaimana pula dengan kita sekarang ini ??? yang masih muda belia ini ???. pernahkah terlintas dalam pikiran kita untuk bertanya pada diri sendiri kenangan apa yang bakal terpahat di hati bila sudah tua kelak ??? (jangan sampai terjadi, sewaktu MABA imut-imut, giliran jadi senior eh.. malah amit-amit)
Cara apa yang bakal mewarnai perjuangan untuk mengisi masa muda kita ??? (Pastinya ga boleh sia-sialah di Dunia apa lagi di Akhirat)
Lantas… kearah mana energi muda yang melimpah ruah ini kita curahkan ?? (Kemana lagi kalau bukan untuk menggapai Ridho Allah, kan MUDA –Mantapkan Usaha Dakwah Agama-)
            Saudaraku…, dalam diri harus tertanam tekad untuk menggunakan tenaga dan masa muda untuk kepentingan agama Allah Azza Wa jalla tentunya dengan selalu menuntut ilmu, beramal sesuai ilmu, dan mendakwahkan ilmu tersebut dan bersabar di dalamnya. Bila kemudian  penyakit “ketuaan” datang kita tak perlu khawatir, takut apalagi sedih karena itu sudah sunnahtullah dan karena kita sudah mempersiapkan bekal buat menyambutnya yaitu “TUA” –Tingkatkan Usaha Agama-. Insya Allah kita akan terus seperti itu hingga kematian tidak datang melainkan dengan singgasana kemuliaan. Pintu kubur pun tak sabar memperlihatkan kenikmatan yang tak terkira di baliknya. Setelah melewatinya dan dinyatakan “Lulus” dari pertanyaan yang diujikan dua malaikat penanya, kubur akan meluas sejauh mata memandang dan kenikmatan pun akan tampak di sana. Sosok wajah tampan berseri-seri, pakaiannya bersih dan berdiri tidak jauh dari kita sembari tersenyum. Ia mendekat dan menyatakan kesediaannya untuk menemani kita di kubur. Kita pun akan tahu tentangnya setelah bertanya “Siapa anda ??!!” . Dialah energi yang tidak kita buang percuma. Dialah waktu yang kita habiskan untuk menuntut ilmu, beribadah dengan ilmu itu, mendakwahkan dan bersabar di dalamnya.
            Saudaraku…, di Akhirat kelak kita akan ditanya oleh Allah “Untuk apa engkau habiskan umurmu dan digunakan untuk apa masa MUDA mu ???”
Dan Insya Allah pada hari itu kita akan memberi jawaban yang paling baik
“Ya Allah !, telah kuhabiskan umurku dalam ketaatan pada-Mu dan telah kugunakan masa MUDA ku untuk menegakkan agama-Mu di Kampus, dan di Bumi tempat di mana Engkau iznkan kakiku ini berpijak”.
“Optimislah!!!” karena optimis tidak pernah dan tidak akan pernah berkawan dengan rasa malas. Pandanglah dan temukan kebaikan yang tersembunyi dibalik semua masalah seperti engkau memandang langit yang tinggi namun tidak juga jatuh merapat bersama bumi, atau gunung yang merupakan kumpulan batu-batu kecil yang tetap kokoh dan tegar walau badai mengguncang atau apalah yang membuatmu tetap bisa tersenyum walaupun semua orang berpaling darimu.
Saudaraku…, Orang yang berbudi berjuang untuk tujuan yang mulia, orang yang tidak berakhlak berbuat sesuatu demi kepentingan dirinya sendiri tanpa pernah mau berfikir untuk orang lain kecuali terpaksa. Jangan pernah lewatkan masa MUDA ini karena ia tak datang untuk kedua kalinya. Masa MUDA bagaikan sepetak sawah yang bila tidak ditanami dengan bibit yang baik, maka kelak tidak akan bisa dituai hasil yang baik pada hari tua apalagi di akhirat kelak.
            Kawan…, hidup memang penuh onak duri, bagai roda terus berputar kadang diatas kadang di bawah. Tapi itulah seni hidup yang hanya dimiliki dan bisa dirasakan oleh mereka yang bermodalkan DUIT (Doa, Usaha, Iman, Tawakkal). Modal yang tak pernah gagal unjuk kebolehan. Karena itu torehkanlah dengan tinta emas untuk meniti perjuangan:
“Siapa lagi kalau bukan saya, kapan lagi kalau bukan sekarang!.
Hidup di dunia hanya sekali mati juga sekali. yang hanya sekali itu tak boleh kubiarkan berlalu tanpa menoreh prestasi lalu menyisakan bekas berupa
amal jari’ah sebanyak-banyaknya”.

Buatmu para aktifis dakwah
Di Bumi Allah, kala waktu terus berlalu
tanpa menoleh kebelakang

Enam Pertanyaan + Pelajaran

By : ketua DPDKS

Setelah memuji Allah Azza Wa Jalla, aku bershalawat kepada rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, kepada keluarga, sahabat dan orang-orang yang mau menapak jejaknya.(Amin).
          Kesunyian yang menyapaku malam ini memaksaku menulis sesuatu yang semoga bermanfaat untuk diriku dan juga bagi saudara muslim yang membacanya kelak.
Teringat pertanyaan imam Al-Ghazali yang pernah beliau tanyakan pada murid-muridnya yang masih awwam sekaligus memberi pelajaran bagi mereka,
1.    Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ?
2.    Apa yang paling jauh dari kita di dunia ?
3.    Apa yang paling besar di dunia ?
4.    Apa yang paling berat di dunia ?
5.    Apa yang paling ringan di dunia ?
6.    Apa yang paling tajam di dunia ?
Suatu hari, Sang Imam berkumpul dengan murid-muridnya itu. Lalu beliau bertanya.... pertama, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab "Orang tua, guru, kawan, dan sahabat".
Beliau membenarkan semua jawaban itu tetapi menjelaskan bahwa yang paling dekat dengan kita adalah "MATI". Karena Allah Azza Wa Jalla telah menyebutkan bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati (Q.S. Ali Imran:185)
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia Telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Imam Ghozali meneruskan pertanyaan kedua...., "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan polos "Negara Cina, bulan, matahari dan bintang-bintang". Lalu Imam Ghozali tersenyum sambil memberitahu bahwa semua jawaban yang mereka berikan itu tidak salah. Tapi yang paling benar adalah "MASA LALU" kata beliau. Walau dengan cara apa pun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan tuntunan syariat.
Imam Ghozali meneruskan pertanyaannya yang ketiganya....
"Apa yang paling besar di dunia ini?".  Murid-muridnya menjawab "Gunung, bumi dan matahari". Senyum beliau kian mengembang, semua jawaban itu dianggapnya benar dan memang tidak salah. Tapi bukan itu yang beliau maksudkan, lalu menjelaskan bahwa yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "NAFSU" (Al A'Raf 179).
Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.
Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan keempat pun diutarakannya, "Apa yang paling berat di dunia ini?". Ada yang menjawab "Besi dan gajah". Semua jawaban itu sekali lagi tidak salah, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "MEMEGANG AMANAH" (Al Ahzab: 72).
Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,
[1233]  yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah Azza Wa Jalla meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah Azza Wa Jalla, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.
Kini pertanyaan kelima mengalir lembut dari bibirnya yang menunjukkan perhatiaannya kepada murid-murid di hadapannya, "Apa yang paling ringan di dunia ini?", Ada yang menjawab "Kapas, angin, debu dan daun-daunan". Semua itu benar kata Imam, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Terkadang karena alasan pekerjaan, musyawarah, alasan dibuat-buat atau alasan lainnya waktu sholat kadang terabaikan bahkan sholatnya ditinggalkan.
Dan pertanyaan terakhir kata beliau, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?"... Murid-muridnya menjawab dengan serentak, "Pedang". Benar, kata beliau, tapi yang paling tajam adalah "LIDAH MANUSIA". Karena sebab lidah, Manusia selalu menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri bahkan nyawa bisa melayang karenanya.
Saudaraku, Hidup di dunia itu unik, hanya sekali dan mati juga sekali.  teramat sayang disia-siakan, selayaknya dibingkai dengan keindahan. Adakah kita menganggap keindahan selain islam?, Tiada keindahan melainkan Agama (Islam). Hidup di Akhirat bagai lautan tak bertepi, bagai waktu tak berujung. Hanya 2 tempat persinggahan (Surga/Neraka). Buatlah pilihan! Yang sekali itu tidak boleh berlalu kcuali menoreh prestasi besar di sisi Allah Azza Wa Jalla.  
saudaraku, besar harapan semoga tulisan ini berdampak kebaikan bagi kami yang menuliskannya, tentu kebaikan pula bagi yang membacanya namun yang terbaik diantara kita adalah mereka yang mampu memahaminya dengan baik.